Mobil Sport Porsche berbau Indonesia

MOBIL sport mewah Porsche menghadirkan kejutan di ajang Tokyo Motor Show 2013, Jepang. Indonesia boleh tersebut, karena nama yang digunakan produk mewah itu berbahasa Indonesia: "Porsche Macan Turbo".

Latihan Soal UNAS 2014

Download soal latihan UNAS 2014 untuk siswa/i SMA SMK MA

Wednesday, April 6, 2016

NVL pake pertamax plus?? hmmm

oke gannn back again
ane bakalan riview nih tentang gimana rasanya pertamax plus di NVL

setelah bosan dengan penggunaan premium, pertamax 92 akhirnya ane lebih milih pertamax 95 alias plus gan...

kenapa?
karena pake pertamax plus :
  1. lebih irit (yang dicari bikers tentunya)
  2. tarikan lebih juoss nan (serasa pake motor gede :v)
tapiiiiiiiiiiii
  1. mesin gampang panas gan (solusinya baca di sini)
  2. emm apa yak cuma itu doang sih wkwkwk
sebagai perbandingan nih ane jogja - sidoarjo via ngawi yang kira" 350KM dengan perjalanan rata" 80KM/jam memakan bensin kurang lebih 90k (olinya Yamalube super sport) gan nah waktu ane coba pake pertamax plus ajaib bin ajaib ongkos berangkat dengan rata" kecepatan yang sama cuma makan bensin 60k gan wkwkwk ajaib toh #biasawaeki :v.

hmm oke nanti riview lagi yak gan tentang otomotif dan info wisata soon as possible if i have time hmmm

wkwkw sok inggris yak :v

#salamsatuaspal #tooottooot

Riview shell a7x di NVL + rantai SSS di NVL

Oke bakalan riview dikit tentang shell advance a7x

Pic nyolong dari >>> http://i1327.photobucket.com/albums/u665/WishWebmaster/shellax7/shellax71_zpsp88bzp0h.jpg~original

Pertama tama sih awal penggunaan tarikan agak berat gan di NVL tapi lama kelamaan enteng juga nih tarikan mantap waktu 20 KM lebih ane juga udah ganti rantai SSS dengan ukuran 46 | untuk di jogja ada tuh di Andoyo 3 (alamat di >>>google<<<) harga sekitar 415k an gan. Untuk bahan bakar sendiri menggunakan Pertamax Plus nih (soalnya irit :v) namun ane baru mau riview kali ini kenapa?

Soalnya murah dan irit hahaha... Untuk boros bisa di tolerir karena ane sering ngebut.. bisa di bilang irit bisa juga diilang boros wwkwkwk..

oke back to tittle :v #sokenglish.. udah sekitar 200KMan tarikan masih nyaman nih... mantab juga kok tarikan enteng gan. dan mesin gak cepet panas dibanding yamalube super sport..
untuk boros tergantung penggunaan ya..
untuk gear SSSSSSSSSS :v tarikan bikin tambah enteng tuh cuma untuk yang gila top speed cukup ganti gear DID chain gold punya yamaha yak... harganya 350k gan..

oke gitu aja dolo yak nugas dolo gan... :v
thanks yak :v
#salamsatuaspal



Friday, March 4, 2016

Karya Ilmiah Lingkungan Bisnis "Cara Membudiyakan Ikan Lele"

Pada pertengahan Mei 2015 saya mencoba untuk membuat usaha sendiri dengan modal 5 juta Rupiah untuk mengembangkan usaha lele namun semua itu sebagian rugi karena hancurnya kolam peternakan lele yang saya buat dikarenakan pembangunan rumah sebelah yang menggunakan alat berat. Namun berikut ini saya akan memberikan beberapa tips untuk membangun peternakan lele dengan menggunakan kolam seadanya di rumah.
  1. Gunakan tanah yang stabil dan tidak ada pembangunan dengan alat berat di sekitar wilayah kolam. Lalu bangun kolam yang memiliki tinggi sekitar 90 CM dari permukaan tanah. Hal ini digunakan agar lele dapat mendekam di dalam air. Lalu berikan semen di sekitar dalam kolam agar tidak berbau bata dan bocor. Tunggu hingga semen benar-benar kering. Jangan lupa untuk beri lubang di pojokan kolam untuk paralon dan setelah ada untuk paralon, paralon harus di beri arah keatas dengan tinggi sama dengan 3/4 dari kolam agar lele tidak meluber dan ketinggian air agar dapat diatur , seperti gambar dibawah: (merah : kolam, biru : paralon)
  1. Lalu setelah pembuatan kolam  beri air (setengah tinggi dari kolam) dan diamkan hingga berlumut di dalam kolam dan air menjadi butek(kotor) kecoklat-coklatan / kehijau-hijauan agar lele dapat bertahan hidup lama.
  2. Lalu setelah mencoklat taburi dengan bibit lele dan beri makan sehari 3x (pagi, siang, sore). Untuk ukuran bibit beri pelet yang berukuran sangat kecil. Untuk lele dengan ukuran sedang gunakan ukuran pelet dengan ukuran sedang. Dan untuk ukuran lele yang besar gunakan pelet yang besar.
  3. Jangan lupa untuk memberi makan lele agar lele tidak menjadi kanibal. Dan campurkan makanan bekas / sisa makanan anda untuk mengurangi biaya makan pelet untuk lele.
  4. Usahakan menggunakan cacing tanah sebisa mungkin karena cacing tanah memiliki protein yang tingggi.
  5. Untuk panen usahakan ukuran lele 15-23 cm agar lele dapat dijual dan tidak terlalu besar untuk dikonsumsi.
  6. Biasanya panen lele dapat dilakukan pada bulan ke 3-4.

Berikuta saja yang dapat saya sampaikan. Terima kasih


Karya Ilmiah Lingkungan Bisnis "Latar Belakang Kondisi Ekonomi di Indonesia tahun1991-1994"

Kondisi ekonomi yang dilakukan menurut indikator-indikator ekonomi yang merefleksikan konidisi pada periode ini antara lain:

  1. Tingkat pertumbuhan ekonomi
  2. Tingkat inflasi
  3. Tingkat penngangguran
  4. Tingkat sukubunga perbankan

Berdasarkan data statistik perekonomian Indoensia (BPS) tahun 1992, terlihat tingkat pertumbuhan ekonomi naso=ional tahun 1991 sebesar 6,62%. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1990) sebesar 7,14% namun jauh lebih tinggi dari pertumbuhan selama Pelita IV sebesar 5,2% per tahun. Tetapi pada saat memasuki tahun 1992, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,7% atau turun dibandingkan sebelumnya.

Penyebab tingkat pertumbuhan ekonomi belum banyak mendorong minat para investor swasta untuk melakukan investasi di dalam negeri, karena ditetapkanya beberapa penerapan kebijakan antara lain:

  1. Diterapkanya kebijakan uang ketat (tight money policy) oleh pemerintah lewat Paket Januari (Pakjan) tahun 1990. mengakibatkan penerapan kebijakan tersebut mendorong naiknya tingkat suku bunga pinjaman sampai akhir tahun 1991.
  2. Kebijakan anggaran yang ketat. Tindakan yang dilakukan dengan cara pengurangan semua subsidi pembangunan bagi kegiatan perekonomian sebagai akibat dari jatuhnya harga minyak tahun 1986 yang memukul perekonomian nasional karena menurunya pendapatan negara dari sektor migas. Hal ini dapat terlihat pada tingkat suku bunga pinjaman dalam kwartal I tahun 1991 mencapai 24,23% dan sampai akhir tahun 1991 mencapai 30% (sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 1992, BPS).
  3. Adanya implikasi lebih luas semakin banyaknya kredit macet. Kondisi ini diperparah dengan lesunya perekonomian dunia sebesar 0,1% pada tahun 1991, sehingga dana dari luar negeri juga semakin sulit diperoleh
Solusi, memasuki tahun 1992, kebijakan uang ketat sudah mulai dilonggarkan oleh pemerintah, sehingga suku bunga pinjaman pun berangsur-angsur normal kembali menjadi 24,03%. Kondisi ini membuat iklim investasi semarak kembali, terutama di bidang estate.
  1. Adanya indikator tingkat inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas ekonomi yang penting. Paling tidak, fluktuasi angka inflasi di Indonesia pada tahun 1991/1992 sebesar 9,78% atau meningkat dari periode sebelumnya 1990/1991 sebesar 9,11%. Kenaikan tersebut berkaitan erat dengan adanya penyesuaian:
    • Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada bulan Juli 1991.
    • Kenaikan tarid angkutan pada bulan Agustus 1991.
    • Kenaikan tarif Air Minum (PAM) pada bulan November 1991.

Kebijakan penyesuaian harga-harga tersebut telah mendorong kenaikan indeks harga kelompok aneka barang dan jasa pada tahun 1991/1992 sebesar 13,2%, kenaikan indeks harga kelompok makanan sebesar 10,4%, dan kenaikan indeks harga makanan sebesar 11,48%. Pada tahun keempat Pelita V (1992/1993), laju inflasi Indonesia kembali membengkak hingga mencapai 2 digit, yaitu 10%. Kenaikan ini terjadi karena menjelang tahun terakhir Pelita V pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan di bidang perdagangan, antara lain kenaikan harga BBM, semen, dan bahan bangunan pada bulan Januari 1992, kenaikan tarif berupa angkutan yang diikuti oleh naiknya harga sayur-sayuran, minyak tanah, telur, ayam ras pada Februari 1993, serta kenaikan tarif listrik dan harga beberapa barang dan jasa menjelang idul fitri 1413 H pada bulan maret 1993. akibatnya membawa dampak naiknya indeks harga kelompok makanan dan perumhan pad 1992/1993 masing masing sebesar 11,4% dan 10,6% dibanding dengan kelompok yang sama pada tahun sebelumnya 1991/1992. tabel dibawah ini menunjukan laju inflasi Indonesia tahun 1990-1993.

Tabel 7.1 Laju Inflasi Indonesia
Tahun
Makanan
Perumahan
Pakaian/Aneka barang dan jasa
1989/1990
5,54
6,19
4,58
1990/1991
6,99
11,38
11,34
1991/1992
10,36
7,77
13,15
Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia 1992, BPS Pusat.

Tabel 7.2 Pemicu Laju Inflasi
Tahun
Pemicu
1990/1991
BBM Mei 1990, tarif angkutan Juli 1990, tarif puksa telepon 1990, bangunan Juli-September 1990.
1991/1992
BBM Juli 1991, tarif angkutan Agustus 1991, Tarif PAM Agustus 1991.
1992/1993
Kenaikan BBM, semen, bangunan Januari 1993, tarif angkutan Februari 1993, tarif listrik Maret 1993.
Sumber : Laporan Perekonomian Indonesia 1992, BPS Pusat.

Pola industri pada era 1990-an terdiri dari dua kelompok industri yang penting, yaitu kelompok industri padat karya, dan kelompok industri padat modal. Kesimpulan menurut hasil penelitian yang dilakukan Arsyad (1997) pada kelompok industri pada periode 1985-1993, diperoleh kesimpuan bahwa industri padat karya lebih dapat menikmati skala ekonomis dibandingkan dengan industri padat modal.

Penyebab, masih adanya faktor inefesiensi dalam penggunaan input modal (mesin) dan belum optimalnya penggunaan teknologi pada industri padat modal. Salah satu industri padat modal yang diteliti adalah industri semen.

sumber: Bastian, Indra.2002.Privatisasi Indonesia.Indonesia:Salemba Empat

Karya Ilmiah Lingkungan Bisnis "Malioboro Riwayatmu Kini"

Memudarnya Aura Malioboro

Saat ini malioboro hanya sekedar magnet ekonomi yang luar biasa kuatnya. Bahkan Pemda Yogyakarta pun terlihat sedikit kuwalahan dalam menata dan menetibkan Malioboro, khususnya yang terkait dengan hiruk-pikuk ekonomi. Semua ini tampak justru berawal dari "legenda" Malioboro sebagai ciri khas Yogyakarta, sebagai pembentuk citra kota budaya. Orang merasa belum ke Yogyakarta apabila belum berkunjung ke Malioboro. Sehingga semua berbondong-bondong ke Malioboro. Pada akhirnya tumbuhlah "pasar" di Malioboro, dari yang sekelas pusat-pusat perdagangan seperti toko sampai yang berkelas kaki lima. Semua tumpah-ruah di sepanjang jalan Malioboro.

Malioboro yang dulu lebih berfungsi sebagai area "pencerahan" berbagai komunitas, nyatanya sekarang telah mengalami banyak pergeseran. Malioboro sebagai penggalan imaginary axis Tugu Pal Putih-Panggung Krapyak nampak mulai kehilangan auranya. Jalur laku spiritual dari Keraton-Pangurakan-Marga Mulya hingga Marga Utama-Tugu Pal-Putih barangkali semakin dilupakan banyak orang.

Dominasi warna ekonomi di Malioboro rupanya membuat berbagai komunitas budaya yang membutuhkan ruang publik untuk menumpahkan ekspresinya mencari kantong-kantong baru sebagai area berekspresi. Beberapa kantong kebudayaan baru muncul dengan penggeraknya masing-masing, seperti kampung Nitiprayan dengan dimotori Hari "Ong" Wahyu, atau kampung Kersan dengan Mas Djaduk beserta Mas Butet. Belum lagi kantong-kantong budaya yang sudah lebih dulu ada seperti seputaran Kotagede.

Fenomena ini semakin lengkap dengan adanya beberapa warung yang dipakai nongkrong para pengagas berbagai kegiatan seni. Di Suryowijayan ada warung oseng-oseng mercon Beni Kencung, sementara di Bugisan ada warung tenda biru Kang Min.

Area Ngudar Gagasan

Kegelisahan para pelaku seni budaya atas hilangnya ruang publik sebagai tempat berekspresi yang nyaman rupanya tidak menutup kreativitas mereka. Justru hal itu mendorong mereka untuk menciptakan dan mencari area-area baru sebagai tempat ekspresi kreativitas.

Malioboro sebagai sebuah kawasan budaya nampaknya bukan lagi merupakan tempat yang nyaman bagi komunitas seni budaya untuk mengungkapkan perasaan, saling bertukar ide dan gagasan. Bagi mereka barangkali Malioboro hanyalah sekedar masa lalu yang indah untuk dikenang, sedang saat ini bukan tempat yang ideal untuk menggali ide-ide kreatif. Malioboro hanyalah bangunan budaya masa lalu.

Memang sebuah bangunan atau kawasan yang disiapkan sebagai area kegiatan kebudayaan seringkali tidak dapat diterima oleh para penggiat seni budaya untuk melampiaskan ekspresinya. Hal ini lebih sering disebabkan oleh tidak adanya rasa kemerdekaan saat berekspresi di tempat tersebut. Tidak ada rasa memiliki wilayah itu, karena memang bukan mereka yang menyiapkanya. Ada "pihak lain" yang merasa lebih memiliki wilayah itu.

Bagi Yogyakarta sendiri sebenarnya sudah tersedia Purna Budaya, Beteng Vredeburg, Gedung Societet dan beberapa tempat lain. Secara tempat, rasanya cukup memadai sebagai wahana ekspresi rasa seni para pelaku kebudayaan. Tetapi dalam kenyataanya di tempat-tempat tersebut tidak terlihat kehidupan seni budaya yang cukup ramai, hanya ada kegiatan pada waktu-waktu tertentu saja. Tidak ada diskusi-diskusi seni yang intens atau silih berganti dengan peserta dari berbagai lapisan masyarakat, sebagaimana kehidupan malam di Malioboro sekian tahun yang lalu.

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa bangunan fisik saja tidaklah cukup. Masih dibutuhkan adanya komunitas seni budaya di daerah itu yang berfungsi selaku "roh" seluruh kegiatan kebudayaan. Kebanyakan art centre hanyalah suatu bangunan fisik semata tanpa ada komunitas sebagai penggerak kegiatan di sana. Beberapa menggerakan kegiatan kebudayaan sekaligus menyediakan bangunan fisiknya. Sebut saja, Galeri Seni Cemeti, Pusat Kebudayaan Indonesia-Belanda Karta Pustaka, Lembaga Indoenesia-Perancis, Lembaga Javanologi, dan lain sebagainya. Namun seharusnya itu saja tidak cukup, masih diperlakukan upaya yang menyeluruh oleh semua pihak terkait.

Pada dasarnya, para pelaku seni budaya membutuhkan area untuk mengungkapkan gagasan. Tempat di mana mereka dapat saling adu argumentasi tentang ide-ide, tentang mimpi-mimpi yang barankali cukup absurd untuk masa sekarang namun bisa jadi merupajan sebuah ide gemilang untuk sekian puluh tahun yang akan datang.

Dalam kasus Malioboro sendiri sebenernya ada dua hal yang perlu dibenahi.
  1. Menyangkut masalah pelestarian fisik bangunan bersejarah yang ada di area ini. Untuk mengatur masalah ini dibutuhkan Peraturan Daerah, selain juga perlu adanya upaya mendistribusikan kegiatan ekonomu agar tidak terkonsentrasi atau terpusat di kawasan Malioboro saja.
  2. Untuk menampung kegiatan mengungkapkan gagasan kiranya perlu disiapkan satu area khusus untuk kongkow-kongkow dan nyaman sekaligus ngudarasa segala ekspresi penggiat seni budaya.

Saat ini rasanya Malioboro sudah tidak mampu lagi mewadahi aktivitas pelaku seni budaya dalam berolah-batin. Barangkali karena kesumpekan-kesumpekan itulah, maka acara Obrolan Angkring di TVRI Yogyakarta cukup banyak peminatnya. Secara tidak sadar sebenarnya masyarakat merindukan suasana sebagaimana tersaji dalam acara tersebut. Masyarakat butuh tempat untuk dapat ngadurasa dan mengomentari berbagai fenomena yang muncul di lingkungan keseharian masing-masing.